
Anggap saja,
kau mengenalku di suatu masa lalu
walau ragu
meski kau memang mengenalku
Tangga kedua telah kumasuki saat itu
Setinggi hidup dalam bulanku
Seperti hari yang haru
Kemarin, tangga pertama menyambutku
Namun tubuhmu mendiamkanku berlarut
tentu
Langkah malu
Sepanjang bulan dan matahari baru
Menyisipkan gelap di setiap saku baju
Menghapus bulir yang menetap kaku
di sudut mata keluhku
Mengenang kau kala berubah guru
Membacakan puisi dan cerita dari waktu
Ujung lidah menebar wangi harum
Menyusupi telinga menyusuri jasadku
Membangunkan darah tulang dagingku
Membagikan mimpi indah dari buku
"Anggap saja, kau mengenalku", katamu
saat itu
ditulis oleh temanku : M. Aan. Mansyur
Selengkapnya...