Saturday, October 4, 2008

Surat Cinta Untuk Sahabat

Tahun 1933 Masehi - tepatnya di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur, adalah dua orang sosok ulama kharismatik sebagai panutan ummat yang namanya akan selalu dikenang dalam hati para pecinta ilmu selamanya. Hari itu terjadi dialog antara K.H Muhammad Kholil Bengkalan dengan K.H Hasyim Asya'ri, dialog penuh kearifan dalam kebeningan hati antara sosok sang guru dengan muridnya.

Telah terkenal luas di zaman itu tentang kepakaran dan kedalaman ilmu Kyai Hasyim di bidang ilmu Hadits setelah sekian waktu beliau menuntut ilmu dari beberapa ulama besar di tanah suci Mekkah, pengajian yang beliau rintis di Jombang mampu menyedot perhatian banyak masyarakat yang datang dari pelosok - pelosok pulau Jawa. Berita nan indah inipun telah sampai kepada guru yang beliau cintai di pulau Madura.

Suatu pagi yang cerah di bulan Ramadhan, yang dimuliakanAllah Mbah Kholil datang jauh - jauh dari madura untuk bertemu dengan muridnya ini. dan setelah bertutur sapa dalam kerinduan penuh kehangatan di antara keduanya - Mbah Kholil rahimallahu segera mengemukakan maksud kunjungan tiba - tiba kepada muridnya itu. dengan bahasa yang indah Beliau berkata,"dulu... saya memang mengajar tuan, namun hari ini saya nyatakan saya adalah murid tuan".

Setelah terdiam sesaat, Kyai Hasyim rahimallahu segera menjawab dengan tak kalah indahnya,"Tidakkah tuan salah raba dengan berguru kepada saya...,seorang murid tuan sendiri, murid Tuan guru dulu dan juga sekarang, bahkan akan menjadi murid tuan guru selamanya". Dan tanpa mengurangi niat tulusnya Mbah Kholil tetap menjawab, "keputusan dan kepastian hati kami sudah tetap, tidak dapat ditawar dan diubah lagi, kami akan turut belajar di sini,menampung ilmu - ilmu tuan dan berguru kepada tuan", suatu gelora semangat yang harum mewangi dari penuntut ilmu sejati. Karena hafal dengan watak gurunya, Kyai Hasyim tidak bisa berbuat sebaliknya dan rela menerima beliau sebagai santrinya. Pada saat itu sering kali terjadi kejadian yang menggelikan hati - jika usai shalat berjamaah di surau, beliau berdua seringkali saling mendahului berebutan ke tempat parkir sendal, karena hendak memasangkan sendal ke kaki gurunya masing - masing.

Apa yang hendak ditunjukan dari pribadi agung kedua Waliyullah ini ?

tak lain dan tak bukan, selain kemuliaan akhlak dalam bertutur sapa, sifat rendah hati , dan sikap saling menghormati penuh ketulusan jiwa itulah yang begitu kentara dalam kehidupan mereka sehari -hari.

Hal yang mana begitu langka kita temukan dewasa ini pada pribadi para murid dan pribadi yang berprofesi sebagai guru...

surat cinta ini, daku tujukan kepada sahabat - sahabat yang berprofesi sebagai pengajar dan penuntut ilmu, semoga sukses selalu yah .... karena betapaku yakin Sungguh yang Maha Kuasa sangat mencintai sahabat semua....

........... ........
Goresan singkat ini hadir, mengigat insya Allah dalam 1 ato 2 hari ke depan daku berniat mengunjungi sang Guru tercinta serta berziarah ke makam para guru di Tanah Jawa..
"Guruuuuuuuuu, ..... saya datang neeeehhhhhh.......he hehehehehehe........

0 comments:

Post a Comment

 
Template by: Abdul Munir | Blog